Kamis, 14 Desember 2017

Makalah Antropologi Pedesaan: Pola Komunikasi Masyarakat di Desa




POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT DI DESA



Nama Mahasiswa       : M. Bayu Afdillah
NIM                            : 3162122002
Mata Kuliah                : Antropologi Pedesaan





PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017

KATA PENGANTAR


Puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karuniaNya Makalah ini dapat dibuat untuk memenuhi tugas sebagaimana telah tercantum dalam kurikulum KKNI 2016. Makalah ini merupakan tugas wajib dalam setiap mata kuliah termasuk mata kuliah Antropologi Pedesaan. Pembuatan  Makalah ini ditujukan untuk  mengembangkan pengetahuan Mahasiswa tentang pola komunikasi masyarakat di desa.
Antropologi Pedesaan adalah salah satu mata kuliah dari sembilan mata kuliah yang ada. Dalam mata kuliah Antropologi Pedesaan ini Mahasiswa ditugaskan untuk membuat Makalah. Makalah ini berjudul Pola Komunikasi Masyarakat di Desa.
Saya sebagai penulis berterimakasih kepada Orangtua yang telah memberikan motivasi serta bantuan berupa materi kepada saya dalam penyelesaian Makalah ini. Saya juga berterimakasih kepada dosen serta seluruh teman-teman saya di kelas C-Reguler (2016) yang telah merelakan waktunya untuk bertukar pikiran dengan saya dalam menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari yang diharapkan, oleh sebab itu saya sebagai penulis sangat mengharapkan saran dan sumbangan pemikiran dalam penyempurnaan Makalah ini pada masa yang akan datang. Atas saran dan sumbangan pemikiran yang diberikan diucapkan terimakasih. Mudah-mudahan Makalah ini dapat memenuhi harapan sebagai tugas dalam pembelajaran mata  kuliah Antropologi Pedesaan.



Medan, Desember 2017


Penulis


DAFTAR ISI





















BAB I

PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang

Komunikasi merupakan saluran sosialisasi kebudayaan, yang mencerminkan bahwa komunikasi antar sesama adalah merupakan suatu yang harus dijaga dalam komunikasi di perkotaan dan pedesaan, komunikasi tidak sekedar sebuah fenomena pertukaran informasi pengirim dan penerima pesan, lebih dari itu komunikasi merupakan upaya mencapai saling pengertian dan dari komunikasi inilah suatu kebudayaan diturunkan ke generasi selanjutnya.
Komunikasi menyebarluaskan ide-ide baru sehingga menjadi nilai-nilai baru. Nilai-nilai baru ini biasanya muncul dari kreatifitas individu-individu dari kelompok-kelompok manusia. Komunikasi menyediakan kesempatan dan rentang waktu bagi masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai baru tersebut. Pada hakekatnya masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunikasi yang terpisah satu sama lain. Tetapi dalam keadaan yang wajar di antara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena di antara mereka saling membutuhkan.
Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan. Dan desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota.
Sistem komunikasi dapat didefinisikan sebagai: “Sekelompok orang, pedoman, dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, dan lambang, menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi”. Untuk itu kita perlu membahas sistem komunikasi yang ada di indonesia, yaitu sistem komunikasi yang ada di kota dan desa.

B.      Rumusan Masalah

1.      Seperti apa Sistem Komunikasi Masyarakat Desa ?
2.      Apa Perbedaan Sistem Komunikasi Kota Dan Desa ?

C.      Tujuan

1.      Memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Pedesaan.
2.      Menjelaskan sistem komunikasi yang terjadi pada masyarakat desa.
3.      Menambah wawasan dan pengatahuan kepada mahasiswa tentang sistem komunikasi yang terjadi pada masyarakat desa.


























BAB II

PEMBAHASAN


A.        Sistem Komunikasi Masyarakat Desa

Desa adalah sebuah karakteristik yang mempunyai ciri khas tersendiri. Ciri khas khusus yang berhubungan dengan komunikasi adalah komunikasi lebih banyak dilakukan dengan komunikasi antarpersonal. Ini diakibatkan, masyarakat desa belum percaya sepenuhnya terhadap media massa atau juga sejalan dengan tingkat pendidikannya. Oleh karena itu, informasi dari orang lain yang bisa dipercaya lebih menemukan hasil, misalnya melalui pemimpin opini.
Di desa, komunikasi antarpersonal biasa disebut dengan gethok tular. Artinya, komunikasi dilakukan dengan lisan tentang suatu pesan dari satu orang ke orang lain. Misalnya, jika di desa akan dilaksanakan kerja bakti atau gotong royong maka informasi itu akan cepat tersebar luas melalui satu orang ke orang lain, begitu seterusnya. Tak terkecuali ketika berbicara tentang hal baru yang belum diketahui masyarakat desa, misalnya usaha memasyarakatkan Keluarga Berencana (KB).
Namun sejalan dengan tingkat perkembangan pengetahuan dan pendidikan penduduk yang sudah mulai maju, pola komunikasi semacam ini lambat laun akan ditinggalkan masyarakat. Pada saat ini ada tiga media yang sangat berpotensi dalam menyebarkan informasi ke masyarakat di pedesaan, yakni Koran Masuk Desa (KMD), Media Rakyat (MR), dan Media Tradisional (MT).
1.      Koran Masuk Desa (KMD)
Program KMD di Indonesia mulai dilaksanakan pada bulan Februari 1980 berdasarkan SK Menpen No.11/A/Kep/Menpen/1980 tanggal 29 Januari 1980. Penetapan sebuah KMD dilakukan atas saran gubernur/kepala daerah yang berkonsultasi dengan Serikat Pekerja Surat Kabar (SPS) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hasilnya kemudian adalah kesepakatan antara proyek pembinaan dari Deppen dengan perusahaan/ penerbit pers yang bersangkutan. Ini dilakukan mengingat KMD sangat penting untuk mensosialisasikan pesan-pesan pembangunan pada masyarakat.
Sebagai koran yang berbeda dengan koran pada umumnya, tentunya dari segi liputan reportase juga berbeda karena perbedaan target, tujuan, misi, dan sasarannya. Misalnya, lingkup daerah yang hanya meliputi desa (dari desa ke desa agar masyarakat desa merasa memiliki). Kalaupun ada reportase di kota prosentasenya kecil, mungkin hal-hal yang berhubungan dengan pembaharuan agar ditiru oleh masyarakat desa. Namun demikian, hal ini harus dilakukan dengan hati-hati. Sebab KMD adalah koran kota yang beredar di pedesaan, sehingga perlu dihindari munculnya sinyal bahwa koran itu adalah koran kota bukan koran masuk desa.
2.      Media Rakyat (MR)
Berrigan (1979) mendefinisikan media rakyat (media masyarakat) sebagai berikut :
a.       Media masyarakat adalah media yang bertumpu pada landasan yang lebih luas dari kebutuhan semua khalayak.
b.      Media masyarakat adalah adaptasi media yang digunakan oleh masyarakat yang bersangkutan, apapun tujuan yang yang ditetapkan masyarakat.
c.       Media masyarakat adalah media yang memberi kesempatan kepada warga masyarakat untuk memperoleh informasi, pendidikan, bila mereka menginginkan kesempatan itu.
d.      Media ini adalah media yang menampung partisipasi masyarakat sebagai perencanaan, produksi, dan pelaksana.
e.       Media masyarakat adalah sasaran bagi masyarakat untuk mengemukakan sesuatu, bukan untuk menyatakan sesuatu kepada masyarakat.
Adapun fungsi-fungsi media rakyat adalah sebagai berikut (Oepen, 1988) :
a.       Memberi saluran alternatif sebagai sarana bagi rakyat untuk mengemukakan kebutuhan dan kepentingan mereka.
b.      Berguna menyeimbangkan pemihakan kepada perkotaan yang tercermin dalam isi media.
c.       Membantu menjembatani kesenjangan antara pusat dan pinggiran.
d.      Mencegah membesarnya rasa kecewa, rasa puas diri dan keterasingan dikalangan penduduk daerah pedesaan.
e.       Memberi fasilitas berkembangnya keswadayaan, kemampuan menolong diri sendiri dan kemampuan mengambil keputusan sendiri.
f.       Berguna bagi umpan balik, sistem pemantauan dan pengawasan suatu proyek tertentu.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Media Rakyat adalah bentuk komunikasi dengan memakai media massa sebagai salurannya. Media dari, oleh, dan untuk rakyat di pedesaan. Artinya, media yang menganggap kepentingan rakyat sebagai hal yang paling utama. Media rakyat juga sangat berperan dalam membantu perkembangan masyarakat. Media rakyat adalah media yang mengakar kuat di masyarakat. Sebab ia tumbuh dan berkembang di pedesaan.
3.      Media Tradisional (MT)
Namanya saja media tradisional, sehingga tidak sama dengan media massa. Kalau media massa adalah media dengan mengunakan alat teknologi komunikasi modern, sedangkan media tradisional adalah alat komunikasi yang sudah lama digunakan si suatu tempat (desa) sebelum kebudayaannya tesentuh oleh teknologi modern dan sampai sekarang masih digunakan di daerah itu. Adapun isinya masih berupa lisan, gerak isyarat atau alat pengingat dan alat bunyi-bunyian. (James Danandjaja, 1987)
Membicarakan media tradisional tidak bisa dipisahkan dari seni tradisional, yakni suatu bentuk kesenian yang digali dari cerita-cerita rakyat dengan memakai media tradisional. Media komunikasi tradisional sering disebut sebagai bentuk folklor. Bentuk-bentuk folklor tersebut antara lain :
a.       Cerita prosa rakyat
b.      Ungkapan rakyat
c.       Puisi rakyat
d.      Nyanyian rakyat
e.       Teater rakyat
f.       Gerak isyarat
g.      Alat pengingat
h.      Alat bunyi-bunyian
Beberapa kelebihan media tradisional dan seni tradisional dibanding media lain adalah :
1.      Ia tumbuh dan berkembang di masyarakat, sehingga dianggap sebagai atau cermin kehidupan masyarakat desa. Di samping apa yang disuguhkan lebih mengena hati masyarakat, melalui media tradisional juga bisa diselipkan pesan pembangunan, misalnya dalam cerita teater rakyat, ketoprak atau wayang.
2.      Media rakyat harus dinikmati dengan jenjang pengetahuan atau pendidikan tertentu (karena sifatnya tertulis, maka masyarakat harus bisa membaca terlebih dahulu), sedangkan media tradisional bisa dinikmati semua lapisan masyarakat.
3.      Seni tradisional lebih menghibur sehingga lebih mudah mempengaruhi sikap masyarakat. Disamping itu, seni tradisional tidak perlu dinikmati dengan mengerutkan dahi.
Namun begitu, seni atau media tradisional terbentur hambatan dalam pengembangannya. Pertama, sejalan dengan tingkat perkembangan masyarakat yang kian maju dan modern, ia akan terancam eksistensinya. Kita bisa ambil contoh banyak kalangan muda yang enggan mampu dan mewarisi media atau seni tradisional tersebut. Kedua, peran serta pemerintah sangat kecil, padahal seni tradisional menjadi salah satu sumber devisa yang dapat diandalkan. Saat ini pentas Wayang Orang di Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari, Solo tidak ada lagi. Ketiga, media massa kurang tertarik mengekspos atau memberitakan seni tradisional tersebut. Padahal pemberitaan ini menjadi sarana efektif menjaga kelangsungannya.
Adapun medai tradisional yang dimaksud dalam hal ini salah satunya contohnya adalah trong-trong atau kentongan. Trong-trong ini hidup dalam masyarakat Pandeglang umumnya dan kecamatan Banjar khususnya. Fungsi trong-trong ini sebagai alat informasi bagi masyarakat terutama kaitannya dengan pemberitahuan kepada masyarakat jika ada kejadian darurat seperti pembunuhan, kebakaran, dan pencurian.

B.      Perbedaan Sistem Komunikasi Kota Dan Desa

1.      Pendidikan
Masyarakat kota lebih mementingkan pendidikan anak-anaknya dari pada masyarakat desa. Mereka menyadari pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka. Minimal pendidikan masyarakat kota adalah SMA.
2.      Teknologi
Perkembangan teknologi informasi lebih cepat dibanding masyarakat desa. dalam kehidupan sehari-hari masyarakat menggunakan teknologi, oleh sebab itu mereka lebih cepat berkembang dari pada masyarakat desa.
3.      Pekerjaan
Masyarakat kota lebih cepat dan mudah dalam memperoleh pekerjaan dibanding masyarakat desa.
4.      Keagamaan
Masyarakat kota lebih rendah tingkat keagamaannya dibanding masyarakat desa, karena mereka lebih mementingkan keduniaan.
5.      Sosialisasi
Masyarakat kota lebih individulis dan tidak membutuhkan bantuan orang lain, sedangkan masyarakat desa dalam kehidupan sehari-hari selalu membutuhkan orang lain.
6.      Kemajuan
Masyarakat kota lebih mudah untuk berkembang dari pada masyarakat desa, sebab mereka membuka diri untuk menerima masukan dari manapun.










BAB III

PENUTUP


A.        Kesimpulan

1.      Di desa, komunikasi antarpersonal, yaitu komunikasi dilakukan dengan lisan tentang suatu pesan dari satu orang ke orang lain.
2.      Pada saat ini ada tiga media yang sangat berpotensi dalam menyebarkan informasi ke masyarakat di pedesaan, yakni Koran Masuk Desa (KMD), Media Rakyat (MR), dan Media Tradisional (MT).
3.      Media tradisional adalah alat komunikasi yang sudah lama digunakan di suatu tempat (desa). Adapun isinya masih berupa lisan, gerak isyarat atau alat pengingat dan alat bunyi-bunyian.
4.      Contoh dari medai tradisional adalah trong-trong atau kentongan. Fungsi trong-trong ini sebagai alat informasi bagi masyarakat terutama kaitannya dengan pemberitahuan kepada masyarakat jika ada kejadian darurat seperti pembunuhan, kebakaran, dan pencurian, maupun kemalangan.
5.      Perbedaan sistem komunikasi antara kota dan desa terlihat pada Pendidikan, teknologi, pekerjaan, keagamaan, sosialisasi, dan kemajuan.

B.      Kritik Dan Saran

Dalam pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis tidak memungkiri adanya kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan makalah ini. Sehingga, kami dari tim penulis masih membutuhkan adanya banyak kritik dan saran dari para pembaca. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.





DAFTAR PUSTAKA

 

Nurudin. (2004). Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Panuju, R. (1997). Sistem Komunikasi Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sapari, A. I. (1993). Sisiologi Kota dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar