Kamis, 14 Desember 2017

Critical Journal Review Antropologi Klasik


MASYARAKAT, KEBUDAYAAN DAN POLITIK
(Potret Resiprositas dalam Tradisi Nyumbang di Pedesaan Jawa di Tengah Monetisasi Desa, Soetji Lestari, dkk, 2012)


Description: E:\BERKAS\Scan Data\DSC_0921-min.JPG



Nama Mahasiswa       : M. Bayu Afdillah
NIM                            : 3162122002
Mata Kuliah                : Teori Antropologi Klasik



PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017


KATA PENGANTAR


Segala puji bagi Allah atas rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Review mata kuliah Teori-Teori Antropologi Klasik dengan artikel jurnal yang berjudul “Potret Resiprositas dalam Tradisi Nyumbang di Pedesaan Jawa di Tengah Monetisasi Desa”.
Saya berterima kasih kepada Ibu dosen yang bersangkutan, yang sudah memberikan bimbingannya kepada kami.
Saya juga menyadari bahwa tugas Critical Journal Review ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya minta maaf  jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas Critical Journal Review ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan semoga dapat bermanfaat serta bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.


Medan, November 2017


Penulis









DAFTAR ISI













BAB I

PENDAHULUAN


A.        Rasionalisasi Pentingnya CJR

Review jurnal atau hasil dari penelitian termasuk salah satu bentuk penugasan yang penting dalam kurikulum KKNI yang berlaku di Prodi Pendidikan Antropologi FIS Unimed. Tujuan dari review jurnal atau hasil dari penelitian sendiri adalah untuk mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian ataupun jurnal yang telah ada.
Review jurnal ataupun review hasil penelitian merupakan salah satu strategi untuk bisa mempermudah memahami inti dari jurnal ataupun dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Oleh sebab itu, setiap mahasiswa khususnya jurusan Pendidikan Antropologi harus memiliki kompetensi untuk membaca serta menganalisis agar jurnal ataupun hasil penelitian yang dibahas dapat dipahami sepenuhnya oleh mahasiswa.

B.        Tujuan Penulisan CJR

1.    Untuk memenuhi salah satu bentuk penugasan KKNI, Critical Journal Review.
2.    Menambah kemampuan mahasiswa dalam memahami inti dari jurnal.
3.    Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis jurnal.
4.    Menguatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menganalisis jurnal.

C.        Manfaat CJR

1.    Terpenuhinya salah satu bentuk penugasa KKNI, Critical Journal Review.
2.    Bertambahnya kemampuan mahasiswa dalam memahami inti dari suatu jurnal.
3.    Meningkatnya kemampuan mahasiswa dalam menganalisis jurnal.
4.    Semakin kuatnya kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menganalisis jurnal.


D.        Identitas Artikel dan Journal

1.    Judul Artikel            : Potret Resiprositas dalam Tradisi Nyumbang di Pedesaan
                                   Jawa di Tengah Monetisasi Desa
2.    Nama Journal           : Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik
3.    Pengarang artikel     : Soetji Lestari, Titik Sumarti, Nurmala K. Pandjaitan3,
                                   S.M.P.
                                   Tjondronegoro
4.    Nomor ISSN           : 2086 – 7050
5.    Alamat Situs            : http://journal.unair.ac.id




















BAB II

RINGKASAN ARTIKEL


A.        Pendahuluan

Pemberian hadiah (gift-giving) ataupun tukar menukar pemberian merupakan konsep yang cukup penting dalam melihat interaksi sosial. Berbagai bentuk dari pemberian hadiah (gift-giving) adalah altruism, giving, pro-social conduct dan reciprocity.
Konsep pemberian dan saling tukar hadiah (pemberian) adalah konsep yang bersifat universal di berbagai belahan dunia, di kota maupun di desa. Istilah yang digunakan juga sangat beragam yang sekaligus menggambarkan stratifikasi sosial masyarakat. Konsep "tradisi nyumbang" adalah konsep saling tukar pemberian yang dilekatkan untuk masyarakat di pedesaan Jawa. Nyumbang dalam istilah lokal bahasa Jawa memiliki arti kata kerja menyumbang atau melakukan kegiatan memberi sumbangan. Dalam arti khusus, nyumbang adalah memberi sumbangan kepada orang yang memiliki hajatan/selamatan (perkawinan, khitanan/ sunatan, kelahiran, dan lain sebagainya).
Di masa lalu tradisi tukar menukar hadiah biasa dilakukan dengan bahan makan pokok. Namun sekarang, nyumbang lebih banyak menggunakan uang tunai. Dengan demikian setiap warga desa membutuhkan lebih banyak uang dalam rangka memenuhi kebutuhan di luar konsumsi harian, ini menyebabkan uang lebih penting dalam setiap transaksi sosial (Husken & White 1989, Abdullah 1990). Menurut Heyzer (1987) proses komersialisasi pertanian merupakan tekanan penting yang mengubah organisasi dan institusi sosial pedesaan, seperti   tradisi nyumbang. Dalam hal ini perempuan tampak sebagai pihak yang paling "bertanggung jawab" atas perubahanperubahan yang terjadi, karena secara sosial budaya, perempuan adalah pengatur ekonomi rumah tangga.

B.        Deskripsi Isi

Mengacu pada Koentjaraningrat (1980), kegiatan nyumbang secara garis besar dibedakan dalam dua klasifikasi, yakni kegiatan suka dan kegiatan/ peristiwa duka. Semua kegiatan/peristiwa ini umumnya menyangkut semua siklus kehidupan, menikah, hamil, melahirkan, sunatan, kematian serta rangkaian ritual yang menyertai peristiwa-peristiwa tersebut. Ritual-ritual seputar siklus kehidupan ini ditandai dengan aktivitas sumbang-menyumbang yang pada dasarnya dilandaskan pada tujuan untuk saling tolong menolong dan bergotong royong sebagai prinsip dasar   resiprositas (Scott 1981).
Dalam pranata nyumbang yang berlangsung di pedesaan Banyumas, suami-isteri sebagai penyumbang adalah unit analisis individu yang memiliki hak dan kewajiban sendiri. Artinya suami dan isteri memiliki kewajiban sosial untuk menyumbang sendiri-sendiri dan hadir juga secara terpisah, yang diundang melalui mekanisme secara terpisah pula. Hal ini untuk menegaskan bahwa prinsip kolektivitas sosial atau komunalisme masih dijunjung tinggi di pedesaan. Jenis dan besarkecilnya sumbangan lebih banyak ditentukan oleh diferensiasi kelompok-kelompok sosial yang ada. Dalam masyarakat yang masih sederhana, kriteria utama dalam pembagian kerja sosial individu-individu adalah jenis kelamin (Sanderson 1993). Laki-laki hanya nyumbang untuk lingkup desa. Sementara perempuan disamping terlibat dalam sumbangan mbarang gawe, mereka juga dibebani untuk nyumbang lingkup tapis wiring (tetangga sekitar rumah), yakni untuk kegiatan slametan atau tahlilan yang ragamnya cukup banyak.
Bagi rumah tangga miskin desa, sumbang menyumbang lebih dimaknai sebagai pranata resiprositas (Jawa: gentenan atau timbal balik). Bagi mereka menyelenggarakan hajatan (mbarang gawe) merupakan kesempatan untuk diakui sebagai warga (legalitas sosial), terutama bagi warga miskin yang biasa termarginalkan. Tidak semua rumah tangga desa mau mengadakan hajatan. Hal ini terutama justru dilakukan oleh rumah tangga kelompok menengah ke atas, dengan alasan "ritual yang melelahkan dan merepotkan banyak pihak".
Moral ekonomi perempuan desa terbangun melalui tradisi nyumbang, di mana rasa berbagi sosialnya lebih mengedepan dibanding oleh rasa meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarga. Ungkapan di atas juga menggambarkan falsafah Jawa, yakni "tuno satak, bathi sanak" (rugi uang, untung dapat teman). Ungkapan harfiyah ini mengandung makna bahwa menjaga silaturahmi lebih berharga dibanding uang/ benda. Ini dinyatakan dengan kata "baţi" yang berarti beruntung, jadi dibanding dengan kerugiannya justru mendapat keuntungan (Hardihardjono GS 2011).
Di pedesaan Jawa, bentuk sumbangan mengalami perubahan dari bahan pangan ke kado, dari kado ke uang. Sedangkan perempuan desa di Banyumas masih banyak yang bertahan dengan nyumbang pangan yang memiliki nilai guna secara langsung yang filosofinya adalah membantu meringankan yang memiliki hajat. Sampai sekarang sumbangan bahan pangan masih menempati posisi penting dalam tradisi nyumbang di pedesaan Banyumas. Sumbangan pangan dan ulih-ulih menjadi isu sentral dalam tradisi nyumbang karena melalui isu ini asas resiprositas pedesaan diperlihatkan dan dikontrol. Isu ini mengingatkan pada konsep Mauss tentang potlach. Menurut Mauss (1992) hadiah tidak pernah "bebas" diberikan, tanpa ada kewajiban untuk membalasnya, sehingga disebut dengan potlatch. Istilah potlatch didefinisikan Mauss sebagai pemberian yang dipertukarkan. Lebih tegas lagi dikategorikan sebagai pemberian timbal balik. Terkandung tiga kewajiban dalam teori pertukaran dari Mauss. Pertama, memberi hadiah sebagai langkah pertama menjalin hubungan sosial. Kedua, menerima hadiah bermakna sebagai penerimaan ikatan sosial. Ketiga, membalas dengan memberi hadiah dengan nilai yang lebih tinggi menunjukkan integritas sosial (Koentjaraningrat 1980).
Dalam jurnal ini terlihat bahwa sebagai pranata sosial, nyumbang di desa lebih banyak mengatur dan mengontrol peran perempuan. Apa yang pantas untuk disumbang, berapa nilai besarannya, dan bagaimana sangsi sosial kalau tidak nyumbang, bagaimana tradisi ini terpelihara adalah isu-isu yang menggambarkan bagaimana nyumbang sebagai pranata sosial Pranata sosial yang khas dalam tradisi nyumbang yang mengikat perempuan di pedesaan Banyumas adalah keberadaan megari. Dalam kamus Dialek Banyumas – Indonesia, megari memiliki arti pengatur hidangan dalam hajatan (Tohari 2003). Dalam prakteknya, megari adalah berperan sebagai pengatur hubungan timbal-balik antara sumbangan dan oleh-oleh "balen" (bingkisan balasan) untuk para tamu yang telah menyumbang.
Tradisi nyumbang di pedesaan Banyumas menjadi area isu perempuan, karena sumbangan bahan pangan dari tamu perempuan memiliki dinamikanya sendiri dibanding tamu laki-laki. Melalui sumbangan bahan pangan ini asas resiprositas pada masyarakat desa terlihat dan bermanfaat untuk berbagi sebagai rasa solidaritas sosial warga. Menjamu makan tamu merupakan penanda kunci dari penerimaan, keramahtamahan dan persahabatan (Harbottle 1997). Di samping itu ada banyak perhitungan sosial yang dipertimbangkan oleh perempuan untuk tidak beralih dari beras dan atau bahan pangan ke uang.


















BAB III

PEMBAHASAN/ANALISIS


A.        Pembahasan isi Journal

1.    Teori Resiprositas menurut artikel yang diriview merupakan konsep yang cukup penting dalam melihat interaksi sosial, karena dari sinilah akan terlihat bagaimana sekelompok masyarakat saling tolong menolong dan memanfaatkan berbagai jasa yang ada.
Sedangkan menurut Peter M. Blau (dalam Salim, 2003: 156), resiprositas bertumpu pada asumsi dasar bahwa orang yang bersedia melakukan pertukaran sosial karena dalam persepsi mereka masing-masing akan ada kemungkinan untuk mendapat penghargaan (reward).
Lebih detail disampaikan oleh Parsudi Suparlan (dalam Mauss, 1992: xviii), bahwa pada dasarnya tidak ada pemberian yang cuma-cuma. Segala bentuk pemberian selalu disertai dengan suatu pemberian kembali atau imbalan. Malinowski memperlihatkan semua bentuk transaksi berada dalam satu garis hubungan yang berkesinambungan, dimana kutub pemberian itu bercorak murni tanpa imbalan, dan dikutub lainnya bercorak pemberian yang harus diimbali.
Berdasarkan ketiga pendapat diatas, teori resiprositas adalah pemberian atau pertukaran yang ditandai dengan adanya timbal balik. Artinya jika kita diberi sesuatu (hadiah) oleh orang lain, maka kita juga akan memberinya sesuatu (hadiah).

B.        Kelebihan dan kekurangan isi Artikel Journal

1.    Dari aspek ruang lingkup isi artikel.
Dilihat dari aspek ruang lingkup isinya, jurnal ini termasuk jurnal yang sudah cukup lengkap. Sebagaimana jurnal penelitian pada umumnya, jurnal ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
a.    Judul
Judul ini memiliki judul dan judul tersebut cukup jelas, serta tidak menimbulkan penafsiran yang ambigu.
b.    Abstrak
Jurnal ini memiliki abstrak dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Jurnal dengan abstrak berbahasa Inggris merupakan jurnal yang cukup bagus karena bisa dibaca oleh orang dari Negara lain
c.    Pendahuluan
Jurnal ini juga memiliki pendahuluan yang menjelaskan alasan penulis melakukan penelitian.
d.   Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah deskriptif kualitatif. Nah, hal tersebut jelas terlihat dari hasil pembahasan yang disajikan penulis secara deskriptif.
e.    Hasil dan pembahasan
Hasil dan pembahasan yang disajikan oleh penulis sudah cukup jelas. Terutama didukung oleh adanya semacam peta konsep yang diikuti juga dengan penjelasan terhadap apa yang disajikan dalam peta konsep tersebut. Sehingga hal ini membuat para pembaca mudah mengerti.
f.     Kesimpulan
Kesimpulan yang disajikan alam jurnal cukuo jelas dan sudah menggambarkan keseluruhan dari hasil pembahasan jurnal.
g.    Daftar pustaka
Daftar pustaka yang digunakan juga cukup banyak dan relevan dengan penelitian yang dilakukan.






2.    Dari aspek tata bahasa artikel.
Jika dilihat dari tata bahasanya, jurnal ini menggunakan bahasa yang Indonesia dan terdapat juga bahasa Jawa. Bahasa Indonesia yang digunakan sudah bagus dan sudah baku. artinya sudah sesuai dengan EYD. Dibeberapa bagian, terutama di bagian pembahasan terjadapat juga penggunaan bahasa Jawa yang merupakan ucapan dari para responden yang sejatinya adalah masyarakat Jawa. Bahasa Jawa yang digunakan, sebagian sulit untuk dimengerti. Namunn demikian, penulis tak lupa mennterjemahkan bahasa Jawa tersebut kedalam bahasa Indonesia. Kata-kata asing juga sudah ditulis dengan benar, yaitu ditulis dengan cetak miring.



















BAB IV

PENUTUP


A.        Kesimpulan

Berdasarkan artikel yang diriview, dapat ditarik kesimpulan bahwa tradisi nyumbang di pedesaan Banyumas lebih didominasi oleh kaum perempuan. Hal ini dikarenakan kaum perempuan mempunyai peran yang cukup besar dalam menciptakan ikatan sosial masyarakat.diferensiasi sosial pada perempuan desa menggiring mereka tidak lagi terikat pada sumbangan pangan dan memilih nyumbang uang .
Jika dilihat dari dari aspek ruang lingkup pembahasannya, jurnal ini merupakan jurnal yang lengkap dan bagus. Hal ini juga didorong oleh abstrak yang menggunakan dua bahasa, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Sedangkan jika dilihat  dari segi tata bahasany, jurnal ini menggunkan bahasa yang benar. Dan untuk bahasa yang tidak dimengerti oleh banyak orang, penulis membut terjemahan dari apa yang disampaikan oleh narasumber ke dalam bahasa Indonesia.

B.        Rekomendasi

Disarankan bagi penulis untuk mengadakan penelitian selanjutnya mengenai potret resiprositas dalam tradisi Nyumbang di pedasaan Jawa tengah. Tidak hanya untuk penulis saja, sran ini juga diperuntukkan bagi masyarakat ataupun ilmuan lain yang ingin melakukan penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

 

Koentjaraningrat. (2014). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: UI-Press.
Pribadhi, P. A. (2011). Resiprositas dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat. Skripsi.
Soetji Lestari, d. (2012). Potret Resiprositas dalam Tradisi Nyumbang di Pedesaan Jawa diTengah Monetisasi Desa. Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, 271-281.




















 

 


LAMPIRAN

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar