MASYARAKAT,
KEBUDAYAAN DAN POLITIK
(Potret
Resiprositas dalam Tradisi Nyumbang di Pedesaan Jawa di Tengah Monetisasi Desa,
Soetji Lestari, dkk, 2012)
![Description: E:\BERKAS\Scan Data\DSC_0921-min.JPG](file:///C:/Users/hp/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Nama
Mahasiswa :
M. Bayu Afdillah
NIM : 3162122002
Mata
Kuliah :
Teori Antropologi Klasik
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah atas rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita,
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical
Journal Review mata kuliah Teori-Teori Antropologi Klasik
dengan artikel jurnal yang berjudul “Potret Resiprositas dalam Tradisi Nyumbang
di Pedesaan Jawa di Tengah Monetisasi Desa”.
Saya berterima kasih kepada Ibu dosen yang
bersangkutan, yang sudah memberikan bimbingannya kepada kami.
Saya juga menyadari bahwa tugas Critical Journal Review ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu saya minta maaf
jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan tugas Critical Journal Review ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan semoga dapat
bermanfaat serta bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.
Medan, November 2017
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Rasionalisasi Pentingnya CJR
Review
jurnal atau hasil dari penelitian termasuk salah satu bentuk penugasan yang
penting dalam kurikulum KKNI yang berlaku di Prodi Pendidikan Antropologi FIS
Unimed. Tujuan dari review jurnal atau hasil dari penelitian sendiri adalah
untuk mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian ataupun jurnal yang
telah ada.
Review jurnal ataupun review hasil penelitian merupakan salah satu strategi untuk bisa
mempermudah memahami inti dari jurnal ataupun dari hasil penelitian yang telah
dilakukan. Oleh sebab itu, setiap mahasiswa khususnya jurusan Pendidikan
Antropologi harus memiliki kompetensi untuk membaca serta menganalisis agar
jurnal ataupun hasil penelitian yang dibahas dapat dipahami sepenuhnya oleh
mahasiswa.
B.
Tujuan Penulisan CJR
1. Untuk
memenuhi salah satu bentuk penugasan KKNI, Critical Journal Review.
2. Menambah
kemampuan mahasiswa dalam memahami inti dari jurnal.
3. Meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam menganalisis jurnal.
4. Menguatkan
kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menganalisis jurnal.
C.
Manfaat CJR
1. Terpenuhinya
salah satu bentuk penugasa KKNI, Critical Journal Review.
2. Bertambahnya
kemampuan mahasiswa dalam memahami inti dari suatu jurnal.
3. Meningkatnya
kemampuan mahasiswa dalam menganalisis jurnal.
4. Semakin
kuatnya kemampuan mahasiswa dalam memahami dan menganalisis jurnal.
D.
Identitas Artikel dan Journal
1.
Judul Artikel :
Potret Resiprositas dalam Tradisi Nyumbang di Pedesaan
Jawa di
Tengah Monetisasi Desa
2.
Nama Journal : Jurnal
Masyarakat, Kebudayaan dan Politik
3.
Pengarang artikel : Soetji
Lestari, Titik Sumarti, Nurmala K. Pandjaitan3,
S.M.P.
Tjondronegoro
4.
Nomor ISSN :
2086 – 7050
5.
Alamat Situs :
http://journal.unair.ac.id
BAB II
RINGKASAN ARTIKEL
A.
Pendahuluan
Pemberian hadiah
(gift-giving) ataupun tukar menukar pemberian merupakan konsep yang cukup
penting dalam melihat interaksi sosial. Berbagai bentuk dari pemberian hadiah
(gift-giving) adalah altruism, giving, pro-social conduct dan reciprocity.
Konsep pemberian
dan saling tukar hadiah (pemberian) adalah konsep yang bersifat universal di
berbagai belahan dunia, di kota maupun di desa. Istilah yang digunakan juga
sangat beragam yang sekaligus menggambarkan stratifikasi sosial masyarakat.
Konsep "tradisi nyumbang" adalah konsep saling tukar pemberian yang
dilekatkan untuk masyarakat di pedesaan Jawa. Nyumbang dalam istilah lokal
bahasa Jawa memiliki arti kata kerja menyumbang atau melakukan kegiatan memberi
sumbangan. Dalam arti khusus, nyumbang adalah memberi sumbangan kepada orang
yang memiliki hajatan/selamatan (perkawinan, khitanan/ sunatan, kelahiran, dan
lain sebagainya).
Di masa lalu
tradisi tukar menukar hadiah biasa dilakukan dengan bahan makan pokok. Namun
sekarang, nyumbang lebih banyak menggunakan uang tunai. Dengan demikian setiap
warga desa membutuhkan lebih banyak uang dalam rangka memenuhi kebutuhan di
luar konsumsi harian, ini menyebabkan uang lebih penting dalam setiap transaksi
sosial (Husken & White 1989, Abdullah 1990). Menurut Heyzer (1987) proses
komersialisasi pertanian merupakan tekanan penting yang mengubah organisasi dan
institusi sosial pedesaan, seperti
tradisi nyumbang. Dalam hal ini perempuan tampak sebagai pihak yang
paling "bertanggung jawab" atas perubahanperubahan yang terjadi,
karena secara sosial budaya, perempuan adalah pengatur ekonomi rumah tangga.
B.
Deskripsi Isi
Mengacu pada
Koentjaraningrat (1980), kegiatan nyumbang secara garis besar dibedakan dalam
dua klasifikasi, yakni kegiatan suka dan kegiatan/ peristiwa duka. Semua
kegiatan/peristiwa ini umumnya menyangkut semua siklus kehidupan, menikah,
hamil, melahirkan, sunatan, kematian serta rangkaian ritual yang menyertai
peristiwa-peristiwa tersebut. Ritual-ritual seputar siklus kehidupan ini
ditandai dengan aktivitas sumbang-menyumbang yang pada dasarnya dilandaskan
pada tujuan untuk saling tolong menolong dan bergotong royong sebagai prinsip
dasar resiprositas (Scott 1981).
Dalam pranata
nyumbang yang berlangsung di pedesaan Banyumas, suami-isteri sebagai penyumbang
adalah unit analisis individu yang memiliki hak dan kewajiban sendiri. Artinya
suami dan isteri memiliki kewajiban sosial untuk menyumbang sendiri-sendiri dan
hadir juga secara terpisah, yang diundang melalui mekanisme secara terpisah
pula. Hal ini untuk menegaskan bahwa prinsip kolektivitas sosial atau
komunalisme masih dijunjung tinggi di pedesaan. Jenis dan besarkecilnya
sumbangan lebih banyak ditentukan oleh diferensiasi kelompok-kelompok sosial
yang ada. Dalam masyarakat yang masih sederhana, kriteria utama dalam pembagian
kerja sosial individu-individu adalah jenis kelamin (Sanderson 1993). Laki-laki
hanya nyumbang untuk lingkup desa. Sementara perempuan disamping terlibat dalam
sumbangan mbarang gawe, mereka juga dibebani untuk nyumbang lingkup tapis
wiring (tetangga sekitar rumah), yakni untuk kegiatan slametan atau tahlilan
yang ragamnya cukup banyak.
Bagi rumah tangga
miskin desa, sumbang menyumbang lebih dimaknai sebagai pranata resiprositas
(Jawa: gentenan atau timbal balik). Bagi mereka menyelenggarakan hajatan
(mbarang gawe) merupakan kesempatan untuk diakui sebagai warga (legalitas
sosial), terutama bagi warga miskin yang biasa termarginalkan. Tidak semua
rumah tangga desa mau mengadakan hajatan. Hal ini terutama justru dilakukan
oleh rumah tangga kelompok menengah ke atas, dengan alasan "ritual yang
melelahkan dan merepotkan banyak pihak".
Moral ekonomi
perempuan desa terbangun melalui tradisi nyumbang, di mana rasa berbagi
sosialnya lebih mengedepan dibanding oleh rasa meningkatkan kesejahteraan diri
dan keluarga. Ungkapan di atas juga menggambarkan falsafah Jawa, yakni
"tuno satak, bathi sanak" (rugi uang, untung dapat teman). Ungkapan
harfiyah ini mengandung makna bahwa menjaga silaturahmi lebih berharga
dibanding uang/ benda. Ini dinyatakan dengan kata "baţi" yang berarti
beruntung, jadi dibanding dengan kerugiannya justru mendapat keuntungan (Hardihardjono
GS 2011).
Di pedesaan
Jawa, bentuk sumbangan mengalami perubahan dari bahan pangan ke kado, dari kado
ke uang. Sedangkan perempuan desa di Banyumas masih banyak yang bertahan dengan
nyumbang pangan yang memiliki nilai guna secara langsung yang filosofinya adalah
membantu meringankan yang memiliki hajat. Sampai sekarang sumbangan bahan
pangan masih menempati posisi penting dalam tradisi nyumbang di pedesaan
Banyumas. Sumbangan pangan dan ulih-ulih menjadi isu sentral dalam tradisi
nyumbang karena melalui isu ini asas resiprositas pedesaan diperlihatkan dan
dikontrol. Isu ini mengingatkan pada konsep Mauss tentang potlach. Menurut
Mauss (1992) hadiah tidak pernah "bebas" diberikan, tanpa ada
kewajiban untuk membalasnya, sehingga disebut dengan potlatch. Istilah potlatch
didefinisikan Mauss sebagai pemberian yang dipertukarkan. Lebih tegas lagi
dikategorikan sebagai pemberian timbal balik. Terkandung tiga kewajiban dalam
teori pertukaran dari Mauss. Pertama, memberi hadiah sebagai langkah pertama
menjalin hubungan sosial. Kedua, menerima hadiah bermakna sebagai penerimaan
ikatan sosial. Ketiga, membalas dengan memberi hadiah dengan nilai yang lebih
tinggi menunjukkan integritas sosial (Koentjaraningrat 1980).
Dalam jurnal ini
terlihat bahwa sebagai pranata sosial, nyumbang di desa lebih banyak mengatur
dan mengontrol peran perempuan. Apa yang pantas untuk disumbang, berapa nilai
besarannya, dan bagaimana sangsi sosial kalau tidak nyumbang, bagaimana tradisi
ini terpelihara adalah isu-isu yang menggambarkan bagaimana nyumbang sebagai
pranata sosial Pranata sosial yang khas dalam tradisi nyumbang yang mengikat
perempuan di pedesaan Banyumas adalah keberadaan megari. Dalam kamus Dialek
Banyumas – Indonesia, megari memiliki arti pengatur hidangan dalam hajatan
(Tohari 2003). Dalam prakteknya, megari adalah berperan sebagai pengatur
hubungan timbal-balik antara sumbangan dan oleh-oleh "balen"
(bingkisan balasan) untuk para tamu yang telah menyumbang.
Tradisi nyumbang
di pedesaan Banyumas menjadi area isu perempuan, karena sumbangan bahan pangan
dari tamu perempuan memiliki dinamikanya sendiri dibanding tamu laki-laki.
Melalui sumbangan bahan pangan ini asas resiprositas pada masyarakat desa
terlihat dan bermanfaat untuk berbagi sebagai rasa solidaritas sosial warga.
Menjamu makan tamu merupakan penanda kunci dari penerimaan, keramahtamahan dan
persahabatan (Harbottle 1997). Di samping itu ada banyak perhitungan sosial
yang dipertimbangkan oleh perempuan untuk tidak beralih dari beras dan atau
bahan pangan ke uang.
BAB III
PEMBAHASAN/ANALISIS
A.
Pembahasan isi Journal
1. Teori
Resiprositas menurut artikel yang diriview merupakan konsep yang cukup penting
dalam melihat interaksi sosial, karena dari sinilah akan terlihat bagaimana
sekelompok masyarakat saling tolong menolong dan memanfaatkan berbagai jasa
yang ada.
Sedangkan
menurut Peter M. Blau (dalam Salim, 2003: 156), resiprositas bertumpu pada
asumsi dasar bahwa orang yang bersedia melakukan pertukaran sosial karena dalam
persepsi mereka masing-masing akan ada kemungkinan untuk mendapat penghargaan (reward).
Lebih
detail disampaikan oleh Parsudi Suparlan (dalam Mauss, 1992: xviii), bahwa pada
dasarnya tidak ada pemberian yang cuma-cuma. Segala bentuk pemberian selalu
disertai dengan suatu pemberian kembali atau imbalan. Malinowski memperlihatkan
semua bentuk transaksi berada dalam satu garis hubungan yang berkesinambungan,
dimana kutub pemberian itu bercorak murni tanpa imbalan, dan dikutub lainnya
bercorak pemberian yang harus diimbali.
Berdasarkan
ketiga pendapat diatas, teori resiprositas adalah pemberian atau pertukaran
yang ditandai dengan adanya timbal balik. Artinya jika kita diberi sesuatu
(hadiah) oleh orang lain, maka kita juga akan memberinya sesuatu (hadiah).
B.
Kelebihan dan kekurangan isi
Artikel Journal
1. Dari
aspek ruang lingkup isi artikel.
Dilihat
dari aspek ruang lingkup isinya, jurnal ini termasuk jurnal yang sudah cukup
lengkap. Sebagaimana jurnal penelitian pada umumnya, jurnal ini terdiri dari
bagian-bagian sebagai berikut:
a. Judul
Judul
ini memiliki judul dan judul tersebut cukup jelas, serta tidak menimbulkan
penafsiran yang ambigu.
b. Abstrak
Jurnal
ini memiliki abstrak dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Jurnal dengan
abstrak berbahasa Inggris merupakan jurnal yang cukup bagus karena bisa dibaca
oleh orang dari Negara lain
c. Pendahuluan
Jurnal
ini juga memiliki pendahuluan yang menjelaskan alasan penulis melakukan
penelitian.
d. Metode
Metode
penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah deskriptif kualitatif. Nah,
hal tersebut jelas terlihat dari hasil pembahasan yang disajikan penulis secara
deskriptif.
e. Hasil
dan pembahasan
Hasil
dan pembahasan yang disajikan oleh penulis sudah cukup jelas. Terutama didukung
oleh adanya semacam peta konsep yang diikuti juga dengan penjelasan terhadap apa
yang disajikan dalam peta konsep tersebut. Sehingga hal ini membuat para
pembaca mudah mengerti.
f. Kesimpulan
Kesimpulan
yang disajikan alam jurnal cukuo jelas dan sudah menggambarkan keseluruhan dari
hasil pembahasan jurnal.
g. Daftar
pustaka
Daftar
pustaka yang digunakan juga cukup banyak dan relevan dengan penelitian yang
dilakukan.
2. Dari
aspek tata bahasa artikel.
Jika
dilihat dari tata bahasanya, jurnal ini menggunakan bahasa yang Indonesia dan
terdapat juga bahasa Jawa. Bahasa Indonesia yang digunakan sudah bagus dan
sudah baku. artinya sudah sesuai dengan EYD. Dibeberapa bagian, terutama di
bagian pembahasan terjadapat juga penggunaan bahasa Jawa yang merupakan ucapan
dari para responden yang sejatinya adalah masyarakat Jawa. Bahasa Jawa yang digunakan,
sebagian sulit untuk dimengerti. Namunn demikian, penulis tak lupa
mennterjemahkan bahasa Jawa tersebut kedalam bahasa Indonesia. Kata-kata asing
juga sudah ditulis dengan benar, yaitu ditulis dengan cetak miring.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
artikel yang diriview, dapat ditarik kesimpulan bahwa tradisi nyumbang di pedesaan Banyumas
lebih didominasi oleh kaum perempuan. Hal ini dikarenakan kaum perempuan
mempunyai peran yang cukup besar dalam menciptakan ikatan sosial masyarakat.diferensiasi
sosial pada perempuan desa menggiring mereka tidak lagi terikat pada sumbangan
pangan dan memilih nyumbang uang .
Jika dilihat
dari dari aspek ruang lingkup pembahasannya, jurnal ini merupakan jurnal yang
lengkap dan bagus. Hal ini juga didorong oleh abstrak yang menggunakan dua
bahasa, yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Sedangkan jika dilihat dari segi tata bahasany, jurnal ini
menggunkan bahasa yang benar. Dan untuk bahasa yang tidak dimengerti oleh
banyak orang, penulis membut terjemahan dari apa yang disampaikan oleh
narasumber ke dalam bahasa Indonesia.
B.
Rekomendasi
Disarankan bagi
penulis untuk mengadakan penelitian selanjutnya mengenai potret resiprositas
dalam tradisi Nyumbang di pedasaan Jawa tengah. Tidak hanya untuk penulis saja,
sran ini juga diperuntukkan bagi masyarakat ataupun ilmuan lain yang ingin
melakukan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. (2014). Sejarah
Teori Antropologi I. Jakarta: UI-Press.
Pribadhi, P. A. (2011).
Resiprositas dalam Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat. Skripsi.
Soetji Lestari, d. (2012). Potret
Resiprositas dalam Tradisi Nyumbang di Pedesaan Jawa diTengah Monetisasi Desa. Masyarakat,
Kebudayaan, dan Politik, 271-281.
LAMPIRAN
![](file:///C:/Users/hp/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar