POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT DI DESA
Nama
Mahasiswa :
M. Bayu Afdillah
NIM : 3162122002
Mata
Kuliah :
Antropologi Pedesaan
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi
Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karuniaNya Makalah ini dapat dibuat untuk
memenuhi tugas sebagaimana telah tercantum dalam kurikulum KKNI 2016. Makalah
ini merupakan tugas wajib dalam setiap mata kuliah termasuk mata kuliah Antropologi Pedesaan.
Pembuatan Makalah ini
ditujukan untuk mengembangkan
pengetahuan Mahasiswa tentang pola
komunikasi masyarakat di desa.
Antropologi Pedesaan
adalah salah satu mata kuliah dari sembilan mata kuliah yang ada. Dalam mata
kuliah Antropologi Pedesaan
ini Mahasiswa ditugaskan untuk membuat Makalah. Makalah ini berjudul Pola
Komunikasi Masyarakat di Desa.
Saya sebagai
penulis berterimakasih kepada Orangtua yang telah memberikan motivasi serta
bantuan berupa materi kepada saya dalam penyelesaian Makalah ini. Saya juga
berterimakasih kepada dosen serta seluruh teman-teman saya di kelas C-Reguler
(2016) yang telah merelakan waktunya untuk bertukar pikiran dengan saya dalam
menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini
masih jauh dari yang diharapkan, oleh sebab itu saya sebagai penulis sangat
mengharapkan saran dan sumbangan pemikiran dalam penyempurnaan Makalah ini pada
masa yang akan datang. Atas saran dan sumbangan pemikiran yang diberikan
diucapkan terimakasih. Mudah-mudahan Makalah ini dapat memenuhi harapan sebagai
tugas dalam pembelajaran mata kuliah Antropologi Pedesaan.
Medan, Desember 2017
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komunikasi merupakan saluran sosialisasi kebudayaan, yang mencerminkan
bahwa komunikasi antar sesama adalah merupakan suatu yang harus dijaga dalam
komunikasi di perkotaan dan pedesaan, komunikasi tidak sekedar sebuah fenomena
pertukaran informasi pengirim dan penerima pesan, lebih dari itu komunikasi
merupakan upaya mencapai saling pengertian dan dari komunikasi inilah suatu
kebudayaan diturunkan ke generasi selanjutnya.
Komunikasi menyebarluaskan ide-ide baru sehingga menjadi nilai-nilai baru. Nilai-nilai
baru ini biasanya muncul dari kreatifitas individu-individu dari
kelompok-kelompok manusia. Komunikasi menyediakan kesempatan dan rentang waktu
bagi masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan nilai-nilai baru tersebut. Pada
hakekatnya masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunikasi yang
terpisah satu sama lain. Tetapi dalam keadaan yang wajar di antara keduanya
terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan, karena di antara mereka
saling membutuhkan.
Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan
bahan-bahan pangan. Dan desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi
jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota.
Sistem komunikasi dapat didefinisikan sebagai: “Sekelompok orang, pedoman,
dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide,
gagasan, simbol, dan lambang, menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk
mencapai suatu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah
pesan itu menjadi sumber informasi”. Untuk itu kita perlu membahas sistem
komunikasi yang ada di indonesia, yaitu sistem komunikasi yang ada di kota dan
desa.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Seperti apa Sistem Komunikasi
Masyarakat Desa ?
2.
Apa Perbedaan Sistem Komunikasi Kota Dan Desa ?
C.
Tujuan
1.
Memenuhi tugas mata kuliah
Antropologi Pedesaan.
2.
Menjelaskan sistem komunikasi
yang terjadi pada masyarakat desa.
3.
Menambah wawasan dan
pengatahuan kepada mahasiswa tentang sistem komunikasi yang terjadi pada
masyarakat desa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sistem Komunikasi Masyarakat Desa
Desa adalah sebuah karakteristik yang mempunyai
ciri khas tersendiri. Ciri khas khusus yang berhubungan dengan komunikasi
adalah komunikasi lebih banyak dilakukan dengan komunikasi antarpersonal. Ini
diakibatkan, masyarakat desa belum percaya sepenuhnya terhadap media massa atau
juga sejalan dengan tingkat pendidikannya. Oleh karena itu, informasi dari
orang lain yang bisa dipercaya lebih menemukan hasil, misalnya melalui pemimpin
opini.
Di desa, komunikasi antarpersonal biasa disebut
dengan gethok tular. Artinya,
komunikasi dilakukan dengan lisan tentang suatu pesan dari satu orang ke orang
lain. Misalnya, jika di desa akan dilaksanakan kerja bakti atau gotong royong
maka informasi itu akan cepat tersebar luas melalui satu orang ke orang lain,
begitu seterusnya. Tak terkecuali ketika berbicara tentang hal baru yang belum
diketahui masyarakat desa, misalnya usaha memasyarakatkan Keluarga Berencana
(KB).
Namun sejalan dengan tingkat perkembangan
pengetahuan dan pendidikan penduduk yang sudah mulai maju, pola komunikasi
semacam ini lambat laun akan ditinggalkan masyarakat. Pada saat ini ada tiga
media yang sangat berpotensi dalam menyebarkan informasi ke masyarakat di
pedesaan, yakni Koran Masuk Desa (KMD), Media Rakyat (MR), dan Media
Tradisional (MT).
1.
Koran
Masuk Desa (KMD)
Program KMD di Indonesia mulai dilaksanakan pada
bulan Februari 1980 berdasarkan SK Menpen No.11/A/Kep/Menpen/1980 tanggal 29
Januari 1980. Penetapan sebuah KMD dilakukan atas saran gubernur/kepala daerah
yang berkonsultasi dengan Serikat Pekerja Surat Kabar (SPS) dan Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI). Hasilnya kemudian adalah kesepakatan antara proyek
pembinaan dari Deppen dengan perusahaan/ penerbit pers yang bersangkutan. Ini
dilakukan mengingat KMD sangat penting untuk mensosialisasikan pesan-pesan
pembangunan pada masyarakat.
Sebagai koran yang berbeda dengan koran pada
umumnya, tentunya dari segi liputan reportase juga berbeda karena perbedaan
target, tujuan, misi, dan sasarannya. Misalnya, lingkup daerah yang hanya
meliputi desa (dari desa ke desa agar masyarakat desa merasa memiliki).
Kalaupun ada reportase di kota prosentasenya kecil, mungkin hal-hal yang
berhubungan dengan pembaharuan agar ditiru oleh masyarakat desa. Namun
demikian, hal ini harus dilakukan dengan hati-hati. Sebab KMD adalah koran kota
yang beredar di pedesaan, sehingga perlu dihindari munculnya sinyal bahwa koran
itu adalah koran kota bukan koran masuk desa.
2.
Media
Rakyat (MR)
Berrigan (1979) mendefinisikan media rakyat (media masyarakat) sebagai
berikut :
a.
Media
masyarakat adalah media yang bertumpu pada landasan yang lebih luas dari
kebutuhan semua khalayak.
b.
Media
masyarakat adalah adaptasi media yang digunakan oleh masyarakat yang
bersangkutan, apapun tujuan yang yang ditetapkan masyarakat.
c.
Media
masyarakat adalah media yang memberi kesempatan kepada warga masyarakat untuk
memperoleh informasi, pendidikan, bila mereka menginginkan kesempatan itu.
d.
Media
ini adalah media yang menampung partisipasi masyarakat sebagai perencanaan,
produksi, dan pelaksana.
e.
Media
masyarakat adalah sasaran bagi masyarakat untuk mengemukakan sesuatu, bukan
untuk menyatakan sesuatu kepada masyarakat.
Adapun fungsi-fungsi media rakyat adalah sebagai berikut (Oepen, 1988) :
a.
Memberi
saluran alternatif sebagai sarana bagi rakyat untuk mengemukakan kebutuhan dan
kepentingan mereka.
b.
Berguna
menyeimbangkan pemihakan kepada perkotaan yang tercermin dalam isi media.
c.
Membantu
menjembatani kesenjangan antara pusat dan pinggiran.
d.
Mencegah
membesarnya rasa kecewa, rasa puas diri dan keterasingan dikalangan penduduk
daerah pedesaan.
e.
Memberi
fasilitas berkembangnya keswadayaan, kemampuan menolong diri sendiri dan
kemampuan mengambil keputusan sendiri.
f.
Berguna
bagi umpan balik, sistem pemantauan dan pengawasan suatu proyek tertentu.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Media Rakyat
adalah bentuk komunikasi dengan memakai media massa sebagai salurannya. Media
dari, oleh, dan untuk rakyat di pedesaan. Artinya, media yang menganggap
kepentingan rakyat sebagai hal yang paling utama. Media rakyat juga sangat berperan
dalam membantu perkembangan masyarakat. Media rakyat adalah media yang mengakar
kuat di masyarakat. Sebab ia tumbuh dan berkembang di pedesaan.
3.
Media
Tradisional (MT)
Namanya saja media tradisional, sehingga tidak sama
dengan media massa. Kalau media massa adalah media dengan mengunakan alat
teknologi komunikasi modern, sedangkan media tradisional adalah alat komunikasi
yang sudah lama digunakan si suatu tempat (desa) sebelum kebudayaannya tesentuh
oleh teknologi modern dan sampai sekarang masih digunakan di daerah itu. Adapun
isinya masih berupa lisan, gerak isyarat atau alat pengingat dan alat
bunyi-bunyian. (James Danandjaja, 1987)
Membicarakan media tradisional tidak bisa
dipisahkan dari seni tradisional, yakni suatu bentuk kesenian yang digali dari
cerita-cerita rakyat dengan memakai media tradisional. Media komunikasi
tradisional sering disebut sebagai bentuk folklor. Bentuk-bentuk folklor
tersebut antara lain :
a.
Cerita
prosa rakyat
b.
Ungkapan
rakyat
c.
Puisi
rakyat
d.
Nyanyian
rakyat
e.
Teater
rakyat
f.
Gerak
isyarat
g.
Alat
pengingat
h.
Alat
bunyi-bunyian
Beberapa kelebihan media tradisional dan seni
tradisional dibanding media lain adalah :
1.
Ia
tumbuh dan berkembang di masyarakat, sehingga dianggap sebagai atau cermin
kehidupan masyarakat desa. Di samping apa yang disuguhkan lebih mengena hati
masyarakat, melalui media tradisional juga bisa diselipkan pesan pembangunan,
misalnya dalam cerita teater rakyat, ketoprak atau wayang.
2.
Media
rakyat harus dinikmati dengan jenjang pengetahuan atau pendidikan tertentu
(karena sifatnya tertulis, maka masyarakat harus bisa membaca terlebih dahulu),
sedangkan media tradisional bisa dinikmati semua lapisan masyarakat.
3.
Seni
tradisional lebih menghibur sehingga lebih mudah mempengaruhi sikap masyarakat.
Disamping itu, seni tradisional tidak perlu dinikmati dengan mengerutkan dahi.
Namun begitu, seni atau media tradisional terbentur
hambatan dalam pengembangannya. Pertama, sejalan dengan tingkat perkembangan
masyarakat yang kian maju dan modern, ia akan terancam eksistensinya. Kita bisa
ambil contoh banyak kalangan muda yang enggan mampu dan mewarisi media atau
seni tradisional tersebut. Kedua, peran serta pemerintah sangat kecil, padahal
seni tradisional menjadi salah satu sumber devisa yang dapat diandalkan. Saat
ini pentas Wayang Orang di Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari, Solo tidak ada
lagi. Ketiga, media massa kurang tertarik mengekspos atau memberitakan seni
tradisional tersebut. Padahal pemberitaan ini menjadi sarana efektif menjaga
kelangsungannya.
Adapun medai tradisional yang dimaksud dalam hal
ini salah satunya contohnya adalah trong-trong atau kentongan. Trong-trong ini
hidup dalam masyarakat Pandeglang umumnya dan kecamatan Banjar khususnya.
Fungsi trong-trong ini sebagai alat informasi bagi masyarakat terutama kaitannya
dengan pemberitahuan kepada masyarakat jika ada kejadian darurat seperti
pembunuhan, kebakaran, dan pencurian.
B. Perbedaan Sistem
Komunikasi Kota Dan Desa
1.
Pendidikan
Masyarakat kota lebih mementingkan pendidikan anak-anaknya dari pada
masyarakat desa. Mereka menyadari pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka.
Minimal pendidikan masyarakat kota adalah SMA.
2.
Teknologi
Perkembangan teknologi informasi lebih cepat dibanding masyarakat desa.
dalam kehidupan sehari-hari masyarakat menggunakan teknologi, oleh sebab itu
mereka lebih cepat berkembang dari pada masyarakat desa.
3.
Pekerjaan
Masyarakat kota lebih cepat dan mudah dalam memperoleh pekerjaan dibanding
masyarakat desa.
4.
Keagamaan
Masyarakat kota lebih rendah tingkat keagamaannya dibanding masyarakat desa,
karena mereka lebih mementingkan keduniaan.
5.
Sosialisasi
Masyarakat kota lebih individulis dan tidak membutuhkan bantuan orang lain,
sedangkan masyarakat desa dalam kehidupan sehari-hari selalu membutuhkan orang
lain.
6.
Kemajuan
Masyarakat kota lebih mudah untuk berkembang dari pada masyarakat desa,
sebab mereka membuka diri untuk menerima masukan dari manapun.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Di
desa, komunikasi antarpersonal, yaitu komunikasi dilakukan dengan lisan tentang
suatu pesan dari satu orang ke orang lain.
2.
Pada
saat ini ada tiga media yang sangat berpotensi dalam menyebarkan informasi ke
masyarakat di pedesaan, yakni Koran Masuk Desa (KMD), Media Rakyat (MR), dan
Media Tradisional (MT).
3.
Media
tradisional adalah alat komunikasi yang sudah lama digunakan di suatu tempat
(desa). Adapun isinya masih berupa lisan, gerak isyarat atau alat pengingat dan
alat bunyi-bunyian.
4.
Contoh
dari medai tradisional adalah trong-trong atau kentongan. Fungsi trong-trong
ini sebagai alat informasi bagi masyarakat terutama kaitannya dengan
pemberitahuan kepada masyarakat jika ada kejadian darurat seperti pembunuhan,
kebakaran, dan pencurian, maupun kemalangan.
5.
Perbedaan sistem komunikasi antara kota dan desa terlihat pada Pendidikan,
teknologi, pekerjaan, keagamaan, sosialisasi, dan kemajuan.
B. Kritik Dan Saran
Dalam pembuatan
makalah ini, kami sebagai penulis tidak memungkiri adanya kekurangan dan
kelemahan dalam pembuatan makalah ini. Sehingga, kami dari tim penulis masih
membutuhkan adanya banyak kritik dan saran dari para pembaca. Dan kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Nurudin. (2004). Sistem Komunikasi Indonesia.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Panuju,
R. (1997). Sistem Komunikasi Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sapari,
A. I. (1993). Sisiologi Kota dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional.